Prestasi SMPN 11 Tangsel

INIBANTEN.COM – Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Kota Tangerang Selatan (SMPN 11 Tangsel) adalah salah satu sekolah lanjutan yang terus berupaya menjadikan lembaganya sebagai Sekolah Literasi Anak Bangsa.

Namun literasi yang dimaksud bukan hanya pada budaya membaca dan menulis. Lebih dari itu, SMPN 11 Tangsel berupaya meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat di berbagai bidang, termasuk olahraga, seni, dan budaya.

“[SMPN 11 Tangsel ini] bisa kita anggap sebagai sekolah literat, bukan hanya literat dalam arti yang umum, membaca gitu, tapi literat seni, literat keuangan, literat budaya, dan sebagainya,” ungkap Kepala SMPN 11 Tangsel, Yantho, saat ditemui awal pekan lalu.

Jika kita mampir ke akun resmi media sosial Instagram SMPN 11 Tangsel, @smpn11_tangsel, terpampang jelas di sana slogan “Sekolah Literasi Anak Bangsa yang menuju Gaya Hidup Adiwiyata”.

Pada unggahannya, dapat kita saksikan segudang prestasi yang berhasil dicapai siswa SMPN 11 Tangsel dari berbagai bidang dan tingkatan, mulai tingkat kota, provinsi, nasional, dan bahkan internasional.

Sebagai contoh, ada unggahan yang memberikan selamat kepada Big Dream Band yang berhasil meraih Juara 1 Festival Band Pelajar. Ada juga Putri Kusumadewi yang meraih Juara 1 Pencak Silat Tunggal Putri Match Class E pada International Paku Bumi Open 13th Championship. Atau Azri Musaffa Raavindra yang berhasil menyabet medali emas matematika pada Olimpiade Sains Zenius Nasional 2.0.

Yantho mengakui, kemampuan grup musik anak-anak didiknya memang di atas rata-rata. Tidak hanya satu, ada beberapa grup musik atau band yang telah terbentuk dan sering ikut memeriahkan berbagai festival dan langganan juara.

“Bandnya luar biasa. Kita ada tiga band di sini. Ada Evenzer, Big Dream, satu lagi yang saya bikin itu Eleven Sebelas, Elbas. Nah tiga itu ya posisinya di Jabodetabek, ya, mereka menjuarai. Apalagi kalau tampil-tampil di wilayah Kota Tangerang Selatan. Kemarin ada kegiatan festival di Cikal Harapan, Stella Maris, Pembangunan Jaya, ya, kita posisi 1/2, 1/2, luar biasa. Tinggal bagaimana kita bisa mengerucutkan menjadi band-band yang profesional. Perlu dukungan dan support,” ungkapnya.

Yantho juga mengakui, sekolah yang dipimpinnya itu, yang beralamat di Jalan Buana Kencana, Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Kota Tangsel, memang popular karena kemampuan ekstrakulikuler-nya. Popularitas itu yang juga berhasil menarik bakat-bakat baru berbondong-bondong datang ke SMPN 11 Tangsel.

“Yang mendekati SMP 11 itu, saya pikir, karena kemampuan-kemampuan ekstra yang luar biasa, dari sekian yang ada,” katanya.

Selain band, Yantho mengungkap, SMPN 11 Tangsel juga terkenal karena kemampuan anak didiknya dalam menampilkan Ratoh Jaroe, tari tradisional asal Aceh.

“Ratoh Jaroe itu, kalau main di Jakarta, pernah di salah satu sekolah, termasuk SMA 6, SMA 70, itu lewat semua, kita yang raih,” kata Yantho.

Yantho sadar, pembinaan pada anak-anak didiknya, yang berada pada fase gold age atau usia emas, harus dilakukan secara berimbang. Oleh karena itu dia tidak mau mengkhususkan sekolah literasi hanya pada membaca dan menulis.

“Bukan berarti aktif di band kemudian nilainya jelek. Mereka juga ada yang memang megang di kelas. Walau pun sekarang bahasa-bahasa ranking udah gak boleh ada. Karena gold age tadi, usia emas tadi. Saya pikir mereka bukan berarti anak band kemudian nilainya jatuh. Enggak. Seimbang,” tegasnya.

Bukti keseimbangan itu tampak juga pada lulusan SMPN 11 Tangsel yang berhasil lolos seleksi di Madrasah Aliyah Negeri Incan Cendekia (MAN IC), salah satu sekolah favorit berkualitas yang digagas Presiden RI keempat BJ Habibie.

“Alhamdulillah, ada satu anak kita masuk ke IC Rawa Buntu, luar biasa. Kemudian satu lagi di Krida Nusantara di Bandung, itu juga masuk,” ungkap Yantho. [Adv]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini