INIBANTEN.COM – Jakarta Utara kembali dilanda banjir rob. Sejumlah wilayah, termasuk delapan rukun tetangga (RT) di kawasan Muara Angke dan satu ruas jalan, terendam luapan air laut. Tak hanya itu, banjir rob juga melanda Kepulauan Seribu, dengan ketinggian air mencapai 25 cm di tiga RT yang tersebar di tiga kelurahan berbeda.

Data terbaru dari Pusdalops BPBD DKI Jakarta mencatat kondisi ini hingga Jumat (13/12/2024) pukul 11.00 WIB. Fenomena ini tidak lepas dari peringatan dini yang sebelumnya dikeluarkan BMKG. Mereka memprediksi banjir pesisir terjadi akibat pasang maksimum air laut yang bertepatan dengan fase Bulan Baru pada 11-20 Desember 2024.

Pengamat sosial AriSumarto Taslim menilai banjir rob di Jakarta Utara sebagai persoalan kompleks yang membutuhkan penanganan menyeluruh.

“Banjir rob tidak hanya disebabkan kenaikan permukaan air laut, tetapi juga dipicu oleh penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan,” jelas Ari pada Jumat (13/12/2024).

Ia juga menyoroti perlunya percepatan pembangunan infrastruktur, seperti tanggul laut, serta penataan kawasan pesisir. “Pelibatan masyarakat sangat penting, terutama melalui edukasi tentang dampak perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan,” tambahnya.

Sinergi Jangka Panjang

Ari menegaskan bahwa penanganan banjir rob membutuhkan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan komunitas lokal. Tanpa langkah kolaboratif, risiko banjir rob akan terus meningkat, mengancam kehidupan warga pesisir dan keberlanjutan kawasan tersebut.

“Jika tidak ditangani serius, dampaknya tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga memengaruhi stabilitas sosial di kawasan pesisir,” pungkasnya.

Banjir rob menjadi pengingat akan urgensi mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim, khususnya di wilayah pesisir yang rentan.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini