INIBANTEN.COM – Sekitar 36 tahun sudah berlalu sejak pertama kali dia menginjakkan kaki di Seminari Pius XII Kisol yang terletak di Kampung Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kini dia menginjakkan kaki lagi di seminari. Tapi bukan Seminari Pius XII Kisol, melainkan Seminari Maria Bunda Segala Bangsa (BSB) di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, NTT.
Ya, pagi itu, Senin 15 Juli 2024, Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema sedang melakukan anjangsana ke Kota Maumere, Kabupaten Sikka, sesaat setalah resmi diumumkan sebagai bakal calon Gubernur NTT dari PDI Perjuangan untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT 2024.
“Ya, hari ini saya berada di Kota Maumere dan saya menyempatkan diri mengunjungi Seminari Maria Bunda Segala Bangsa,” ungkapnya.
Mendadak kenangan sekitar 36 tahun lalu melintas di ingatannya. Melihat siswa-siswa Seminari BSB tampak bagai melihat teman-temannya dulu di Seminari Kisol. Karena seumuran merekalah dia dulu masuk Seminari Kisol untuk menjalani masa-masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sebagian masa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Bersama sejumlah pimpinan Seminari BSB, Ansy Lema diajak keliling melihat-lihat beberapa fasilitas lembaga pendidikan calon imam umat Katolik ini.
Ketika sampai di asrama siswa, Ansy Lema mulai terkenang masa-masa dulu tidur di dipan tingkat yang kerangkanya terbuat dari besi. Hanya saja sekarang kondisinya lebih baik karena sudah menggunakan kasur atau springbed.
“Kalau dulu saya sekolah di Kisol pakai tikar. Dia punya ini per, terus ininya tikar, gak ada ini,” kata Ansy menunjuk kasur empuk dan bagian penopang bawahnya.
“Dan juga tidak ada bantal guling, hanya ada bantal kepala. Saya dulu sekolah di Seminari Kisol seperti itu. Tapi happy, enjoy. Bisa ya begitu zaman itu,” tambahnya mengisahkan kenangan masa lalu yang masih bisa bahagia dan menikmati keadaan dengan fasilitas seadanya.
Sementara saat berkesempatan berbincang dengan para siswa Seminari BSB, baik SMP maupun SMA, Ansy Lema tak lupa mengingatkan mereka untuk belajar dengan sungguh-sungguh walau tidak mudah karena semuanya serba diatur.
Makan diatur. Tidur diatur. Olahraga diatur. Belajar diatur. Bahkan berdoa pun diatur. Tidak mudah memang. Tapi Ansy memandang itu penting untuk melatih disiplin.
Dia ingat dulu mau makan enak saja sulit. Karena menu makanan ada aturannya. Tidak bisa makan sesuai keinginan sendiri. Bisa makan nasi putih murni saja sudah merupakan kemewahan karena nasi yang ada adalah campuran nasi putih dan jagung.
“Banyakan jagungnya daripada nasi putihnya, dicampur. Makan dagingnya hanya di hari-hari tertentu. Kalau bisa dapat ikan kering itu sudah ada hikmat. Kalau makan ikan kering itu makannya cuma, kayaknya, dua atau tiga hari, cuma siang,” dia bercerita.
Kepada para siswa Ansy Lema mengingatkan juga untuk memegang teguh pola hidup disiplin itu, karena akan sangat dibutuhkan nanti di masa depan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Politisi muda yang tengah menatap kontestasi politik Pilgub NTT 2024 ini mengaku senang bisa berkunjung ke Seminari BSB yang berhasil membangkitkan kenangannya 36 tahun lalu itu.
Menurutnya, seminari merupakan lembaga pendidikan yang terbukti menghasilkan banyak orang-orang yang punya kualitas.
Dia berharap segala bentuk pendidikan disiplin, pembentukan karakter, budaya belajar dan literasi, hingga kebiasaan berdoa dapat dimanfaatkan para siswa seminari di mana pun berada.
“Kata kunci yang pertama itu harus ada pembentukan karakter yang baik. Ini tidak bisa ditawar-tawar. Yang kedua penalarannya, kritisismenya, juga harus benar. Dan seminari itu unggul dari aspek kognitifnya: kognisi; afeksi; psikomotorik. Ini harus seimbang. Itu inti dari pendidikan di semua seminari termasuk di Seminari Maria Bunda Segala Bangsa,” tandasnya.