Oleh: Agam Pamungkas Lubah

Sebenarnya soal kopi sudah saya tuliskan sebagian pada artikel saya sebelumnya dengan judul “Pamoelang of Pondok Benda”. Namun untuk lebih mempertegas lagi tak ada salahnya jika saya menuliskan kembali secara lengkap asbabul hikayatnya agar pembaca bisa memahami secara komprehensif dan mabrur.

Masyarakat Tangerang Selatan (Tangsel) dewasa ini berusaha mencari bentuk dan warna apa sesungguhnya yang menjadi ikon wilayahnya yang denok ini. Gak pemerintah, swasta, bahkan komunitas-komunitas serta berbagai golongan masyarakat berlomba-lomba memunculkan ikon-ikonnya tersendiri. Mulai dari membudidayakan anggrek, kelor, porong, anggur, sampai ke jenis-jenis tumbuhan lainnya ramai ditawarkan ke publik dengan harapan ide dan gagasannya tersebut bisa diterima oleh masyarakat meski tanpa kajian yang panjang dan mendalam.

Alhasil, Tangsel menjadi sebuah wilayah yang sarat akan ide dan gagasan. Bagus sih. Cuma masyarakat jadi bingung. Mana yang benar, anggrek, anggur atau apa? Ah sudahlah.

Tapi tahukah kita jika kopi yang menjadi suguhan pembangkit selera dan inspirasi kita di setiap kesempatan, baik di acara-acara resmi maupun sekadar kongkow-kongkow dengan keluarga dan kolega bermula di Tangsel?

Tarik napas dalam-dalam.
Dan wuuusss.

Pada tahun 1725 belum ada kopi di Jawa. Bahkan pada tahun 1836 pun belum kita temukan tumbuhan teh di Jawa. (De locomotief: Samarangsch handels-en advertentie-blad, 31-07-1867).

Lantas pegimana mulanya tuh pu’unan bisa tumbuh di mari? Abraham van Riebeek adalah orang pertama yang memperkenalkan tanaman kopi di Hindia Timur pada era VOC (lihat Almanak van Nederlandsch Indie voor het jaar 1871).

Pada tahun 1703 van Riebeek memimpin ekspedisi ke Pakuan-Pajajaran. Rute yang dilalui tim ekspedisi Riebeek ini adalah Casteel, Tjilititan, Tandjong, Seringsing, Pondok Tjina, Depok, Pondok Terong, Bodjong Manggies (dekat Bojonggede), Kedoenghalang, dan Paroengangsana (Tanah Baru).

Abraham van Riebeek menjadi Gubernur Jenderal VOC di Hindia Timur tahun 1709 sekaligus juga dikenal sebagai Bapak Perkebunan Hindia Belanda.

Penanaman kopi pertama dilakukan di sekitar Batavia/Pondok Kopi (Eerste koffij aan planting in de omstreken van Batavia) pada tahun 1710 diduga karena peran dari Abraham van Riebeek (lihat Almanak van Nederlandsch Indie voor het jaar 1871). Namun usaha tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal disebabkan faktor banjir yang sering melanda kawasan tersebut. Sampai kemudian Riebeek menemukan kawasan barunya di wilayah Buitenzorg yakni Pamoelang of Pondok Benda, bersebelahan dengan land yang dibelinya, Tjileduk.  Dari sinilah sejarah kopi di Jawa itu bermula.

Riebeek memberikan julukan wilayah temuannya itu dengan sebutan Zorgvliet (kota istimewa). Kemudian upaya kerja sama Riebeek terus berlanjut dengan pemilik-pemilik perkebunan partikelir di distrik Parung guna meningkatkan sentra produksi kopi di Hindia Belanda. Termasuk membuka perkebunan kopi jenis Arabica di kawasan Pondok Tjabe Ilir, Pondok Petoeng, Tjiater, Serpong, Pondok Djagoeng, Pondok Aren, Djombang, Pondok Poetjoeng, dan Kramat Poelai. Kemudian meluas ke kawasan yang lebih besar lagi yakni Mega Mendung dan Cibungbulan. ( lihat Topographisch Bureau, Batavia, 1903)

Dalam perkembangan lebih lanjut, kopi yang diintroduksi di Jawa sudah menghasilkan dan produksinya terus meningkat dari waktu ke waktu. Dengan melihat perkembangan kopi tersebut, selanjutnya kopi juga diintroduksi di Sumatera terutama di pantai barat Sumatera (1820) termasuk Tapanoeli (1840).

Namun sejarah mencatat pegolahan kopi terbesar dibangun di Buitenzorg pada tahun 1866. Mengalahkan reputasi Preanger (Bandung) yang saat itu juga tengah gencar-gencarnya membudidayakan tanaman kopi.

Dengan demikian Tangsel memiliki peran yang cukup besar dalam sejarah perkembangan kopi di tanah air. Dan itu bermula dari Pamoelang of Pondok “Zorgvliet”.

Dan sisa-sisa kejayaan kopi tersebut masih dapat kita temui di kawasan Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan.
Sampai di sini, masikah kita mencari warna baru untuk sebuah ikon wilayah?

Wallahu a’lam bishawab
Semoga Manfaat

HISTORIA Tangsel
Padepokan Roemah Boemi Pamoelang
11 Agustus 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini