Inibanten.com – Perjalanan impresif Manchester United sejak dilatih Erik Ten Hag menemui batu sandungan. Magic Ten Hag seolah tak berlaku di Stadion Anfield, markas Liverpool.
MU dibantai telak 7-0 oleh Liverpool. Akibatnya, rekor tak terkalahkan Setan Merah dalam 11 lagi terakhir terhenti di Anfield. Terhentinya pun tidak dengan cara biasa.
Mohammed Salah dkk membantai habis skuad Erik Ten Hag dengan skor telak 7-0, rekor kekalahan terburuk sejak 1931 bagi Manchester United. The Telegraph menulis, kekalahan ini terasa lebih brutal dan memalukan karena faktor Liverpool, pesaing utama MU dalam raihan trofi Liga Premier.
Sebenarnya, kekalahan dari Liverpool pun sudah di luar prediksi. Pasalnya, pertemuan kedua tim di Pekan ke-26 Liga Premier 2022/23 ini terjadi di tengah kontrasnya performa kedua tim.
Man United yang musim lalu tampil buruk tengah dalam performa terbaik di bawah asuhan Ten Hag. Setan Merah bahkan mampu mengeliminasi Barcelona dari Liga Champions.
Sementara itu, Liverpool tengah dalam performa terburuk terhitung sejak tahun pertama kedangan Jurgen Klopp di Anfield (2015). Cederanya sejumlah pemain andalan berandil pada rapor merah The Reds musim ini.
Tak salah bila pasar taruhan menempatkan Tuan Rumah di posisi underdog, meskipun rekor agregat pertemuan kedua tim musim lalu diungguli Liverpool secara meyakinkan (9-0), termasuk mengalahkan MU di Anfield dengan skor 4-0.
Sebenarnya, Liverpool turun ke laga Minggu, 5 Maret 2023 ini masih tanpa Luis Diaz dan Thiago Alcantara yang masih terbelit cedera bersama Naby Keita. Beruntung skuad pertahanan Liverpool sudah kembali komplit.
Jordan Henderson, seperti lazimnya setiap laga melawan Manchester United, kembali ditempatkan Klopp sebagai pemain inti di lini tengah.
Tanpa ragu, Klopp memainkan taktik andalannya melawan Marcus Rashford cs, yaitu high pressing. Henderson cs selalu menekan pemain Man United jauh di pertahanan lawan.
Taktik ini terbukti mampu menghentikan kedinamisan duo Brazil di lini tengah, yaitu Fred dan Casemiro.
Meski demikian, United masih mampu mengimbangi di babak pertama. Bahkan United sempat mencetak gol terlebih dahulu lewan sundulan Casemiro pada menit 42′. Namun, hakim garis telah mengangkat bendera tanda offside.
Berselang semenit, giliran The Reds yang memecah kebuntuan. Cody Gakpo mampu mencetak gol indah setelah pergerakannya di sisi kiri pertahanan United diakhiri dengan tendangan datar melengkung yang masuk ke sisi kanan gawang David de Gea.
Babak kedua menjadi petaka bagi Bruno Fernandez cs. Dalam tempo lima menit, dua gol telah bersarang di gawang David de Gea melalui sundulan Darwin Nunez (47′) dan sontekan Gakpo (50′).
Tuah high pressing Klopp berbuah nyata di babak kedua. Pergerakan yang terbatas membuat kreativitas lini tengah United kehilangan kontrol permainan, apalagi dalam posisi tertinggal. Rasa frustasi mulai diperlihatkan pemain Man United seperti Anthony, Fernandez maupun McTominay yang masuk menggantikan Fred.
Itu harus dibayar mahal skuad Setan Merah. Empat gol tambahan sukses dibukukan The Reds melalui Salah (66’& 83′), Darwin Nunez (75′), dan pemain pengganti Roberto Firmino (88′).
Laga ini pun menjadi pembuktian bagi empat penyerang Liverpool yang ketajamannya dipertanyakan pada musim ini. Tiga penyerang inti berbagi masing-masing dua gol.
Sedangkan Firmino yang mulai terpinggirkan ikut berkontribusi lewat gol di injury time.
Catatan penting lain, laga ini menjadi pembuktian bagi Liverpool dan Cody Gakpo sekaligus pukulan bagi United.
Gakpo adalah pemain yang diinginkan Ten Haag mengisi skuad Manchester United. Permintaan Ten Hag untuk mendatangkan Gakpo dari PSV Eindhoven pada bursa paruh musim, usai Piala Dunia Qatar, ditolak manajemen karena alasan kemahalan.
Gakpo kemudian direbut si kompetitor, Liverpool. Namun, sejak bergabung ke Anfield performa Gakpo masih tergolong semenjana. Pembuktian yang dinantikan fans The Reds akhirnya terjadi pada laga versus United. [*]